Langsung ke konten utama

Postingan

Review Radio Tens TSR-820 (4 Band)

Radio ini saya beli 1 (satu) bulan lalu, melalui Bukalapak, harganya 225 K, plus dengan ongkos kirim dsb semuanya sekitar 245 K. Alasannya sih  lebih ke harganya yang cukup ekonomis saja, dengan harga segitu, saya kira masih masuk akal-lah untuk sebuah pesawat radio. Alasan lainnya, merek Tens selama ini sudah cukup dikenal sebagai merek yang berkualitas dan keberadaannya pun telah lama. Semasa saya di Sekolah Dasar, merek Tens identik dengan tape  yang berukuran jumbo, biasanya digunakan untuk upacara atau Senam SKJ 88 (ketauan umurnya). Ini penampilan radionya ; Di dalamnya sudah ada kartu garansi, manual book, radio tens dan kabel untuk dicolokkin ke listrik, sebetulnya sih bisa juga diisi dengan baterei. Lumayan cukup lengkap ya. Tampilan lebih dekat ; Saya kira, dari segi tampilan cukup minimalis dan elegan, walau secara material mayoritas plastik, tapi besi yang menutupi speaker dan tempelan merk Tens dari logam cukup membuatnya tampil beda. Sekar...

Episode " Si Ehsan Pindah"

Saya jarang nonton televisi, kalaupun ada waktu paling siaran berita, kalau untuk hiburannya mungkin acara kuliner yang si pembawa acaranya bilang "ampuuunn gustiii" yang masih sering saya lihat, karena saya orangnya jujur saja suka tiba-tiba merasa lapar..(ketok palu). Nah biasanya sore hari, jam-jamnya istirahat setelah pulang kerja, sambil rebahan, suka juga menemani anak  yang tontonan favoritnya "Upin Ipin", hanya sebatas menemani dan tidak menyimak hingga pada suatu saat saya tiba-tiba tertarik menonton salah satu episodenya yang bertema kepergian dan kepindahan si Ehsan (tokoh anak orang kaya dan berbadan gemuk) meninggalkan teman-temannya karena dia harus mengikuti bapaknya pindah kerja. Dimulai dari kabar berita tentang kepindahan itu, dengan berat hati, teman-teman si Ehsan itu mulai menyiapkan acara perpisahan yang spesial, dari tukang nasi goreng, hingga orang-orang yang pernah mengenal dia ingin memberikan yang terbaik untuk kepindahan si Eh...

Radio

Jadi ceritanya begini, sekitar 1 bulan yang lalu saya membeli 1 (satu) unit radio. Tiba-tiba saja terlintas keinginan untuk membeli benda itu, awalnya sih  didorong karena rasa nostalgia, teringat akan hobi lama yang ditekuni jaman dahulu kala, yakni mencari sinyal frekuensi SW yang isinya mayoritas berisi siaran radio dari luar negeri. Dulu, sebelum marak stasiun televisi (ketika TVRI menjadi channel satu-satunya) dan internet, Radio menjadi alat hiburan dan informasi pendamping dari televisi, maka tak heran, kepemilikan benda ini menjadi sesuatu yang umum di masyarakat waktu itu, termasuk saya. Saya masih ingat, radio pertama saya mereknya Jensonic. Bentuknya kecil, ditenagai oleh baterei kecil 4 (empat) biji, tapi meskipun begitu, radio ini bisa menangkap empat jenis frekuensi atau 4 Band, yaitu FM, AM, SW 1 dan SW 2. Radio itu menjadi alat kesayangan, belajar bahkan menjelang tidur pun radio itu setia menemani. Acara yang paling menegangkan adalah sandiwara radio Mi...

"Melambankan" Kehidupan.

Rasanya kehidupan ini berjalan begitu cepat. Revolusi Industri yang dimulai dari tanah Eropa telah membawa dampak yang begitu dahsyat pada berbagai aspek kehidupan kita, apalagi dengan hadirnya internet di tengah-tengah kita, membuat semuanya menjadi serba instan, mudah dan praktis. Kehidupan manusia seperti disetir untuk mengikuti perubahan yang kadang bila kita tidak bisa mengikutinya, maka konsekuensinya membuat kita semakin tertinggal. Berbagai macam gadget  seperti membanjiri ruang visual kita, pun demikian dengan informasi, seperti air bah yang menghampiri penglihatan juga pendengaran manusia. Akibatnya, bila kita tidak sanggup menyikapinya, maka kekalutan, kebingungan dan bahkan rasa stress bisa menghampiri. Waktu di setiap harinya terasa berlalu cepat dan kita terjebak dalam setiap aktivitas yang mungkin menjemukan. Oleh karena itu, tak salah rasanya bila "kecepatan" hidup itu harus mulai kita kurangi, tujuannya adalah agar ada waktu yang tersisa supaya kehidupan ini ...

Tentang WA (Whatsapp)

Bulan Januari 2021 ini dihiasi dengan kehebohan tentang sistem keamanan atau privasi WA yang dirubah, saya sendiri mendapatkan notifikasi atau pemberitahuan dari WA sebanyak 2 (dua) kali, yang pertama tidak saya jawab dan di notifikasi yang kedua baru saya jawab IYA Setuju dengan perubahan itu. Pandangan masyarakat seperti terbelah dua dengan berita tersebut, ada yang tidak setuju dan mempermasalahkannya dengan isu keamanan data sebagai alasan, ada yang setuju dan juga ragu-ragu atau bahkan tidak peduli, tapi kalau dilihat sepertinya banyak yang tidak setuju.  Reaksi masyarakat adalah dengan mencari aplikasi yang dijadikan alternatif seperti BIP, Signal ataupun yang sudah cukup terkenal, yaitu Telegram. Perang opini seperti terjadi di dunia maya, ajakan-ajakan yang bersifat komparasi atau perbandingan dari keunggulan bahkan kelemahan dari masing-masing aplikasi itu bersebaran memasuki ruang individu kita, bahkan saya menilai BIP sebagai pihak yang agresif dan tendesius, dengan mena...

Film Kartun Era 80-90an.

Bagi generasi 80-an, waktu sore hari sekitar pukul 3 sore, adalah masa-masa yang menyenangkan. Di waktu itulah, TVRI yang menjadi channel satu-satunya dengan slogannya "Menjalin Persatuan dan Kesatuan" mulai mengudara. Seingat saya, dulu TVRI jam siarannya mulai pukul 14.30, terkecuali hari Minggu dan hari-hari libur Nasional, biasanya akan tayang dari jam 06.00 pagi. Untuk jam 3 sore sendiri, TVRI biasanya akan memutar film kartun, dan film-film itu bagi saya memberikan kesan tersendiri, dan masih terkenang sampai saat ini. Pertama, yang saya ingat adalah Kura-Kura Ninja, mengisahkan 4 (empat) kura-kura yg memiliki keahlian khusus dan senjata unik masing-masing. Kalaulah saya tak lupa, mereka itu Raphael, Michelangelo, Leonardo dan Donatello, mereka dibimbing seorang guru dari bangsa tikus. Musuh mereka Schneider yang punya kendaraan menembus tanah. Saya sampai berfantasi memiliki kendaraan tersebut, saya membayangkan, bisa menembus perut bumi, berangkat dari Sukabumi, nanti...

Bernostalgia Dengan Coklat Cap Ayam Jago

Beberapa hari lalu, anak saya membeli coklat batangan dengan kemasan seperti ini. Saya kira ini adalah coklat produk terbaru, tapi ketika melihat ada cap ayam Jago nya, saya menduga sebetulnya ini adalah coklat Cap Ayam Jago yang dulu pernah hits tahun 80-90an, keyakinan saya pun bertambah ketika mencicipi rasanya,yups betul, saya yakin 2000 persen kalau coklat ini adalah reinkarnasi dari coklat Cap Ayam Jago, ternyata dia masih ada. Dan memori pun mundur ke beberapa dekade lalu. Tahun 80 dan 90an, di saat jaya-jayanya Orde Baru dan Pak Harto berkuasa penuh dengan sokongan ABRI dan partai Golkar-nya, Coklat ini pun eksis di dalam toples di warung-warung baik di kota maupun pedesaan. Coklat cap ayam Jago ini seakan menjadi sebuah pahlawan dari anak-anak yang kemampuan uang jajannya kurang banyak, salah satunya saya. Ketika keinginan mencicipi coklat Silver Queen dan Cadsburry yang digambarkan sebagai coklat kasta tertinggi saat itu dibutuhkan perjuangan yang khus...

Film Pengkhianatan G30 S/PKI

Bukan hujan saja yang bisa dikenang dari bulan September, tapi bulan ini menyisakan sebuah kenangan yang takkan terlupakan, berbekas dan tak mudah hilang. Entah kenapa dulu sewaktu di Sekolah Dasar bahkan sampai sekarang, yang dilihat dari bulan September ini adalah tanggal 30-nya. Karena dulu hingga tahun 1998, setiap jam 20.00, saat itu TVRI sebagai TV resmi pemerintah akan menayangkan film "Horor" Pengkhianatan G30S/PKI.  Film yang berdurasi panjang sekitar 4 jam lebih itu bagi saya adalah sebuah "siksaan" yang harus dijalani dengan tabah karena memang tugas dari sekolah, yang besoknya harus dikumpulkan, biasanya isi tugasnya adalah kita harus mencatat siapa tokoh PKI, kronologis penculikan, hingga nama-nama pahlawan revolusi dan tentu saja peran Pak Harto sebagai tokoh utama. Selama 4 jam itu suasana bisa sangat mencekam, alunan musik yang menyayat-nyayat, ucapan-ucapan khas dari Aidit seperti "Jawa adalah Kunci",lalu " Dar...

Hasrat Menuju Sumatera

Belakangan ini lagi senang-senangnya membaca artikel tentang perjalanan lintas Sumatera dengan menggunakan sarana transportasi Bis. Sepertinya asyik, menembus belantara Sumatera yang masih asri, jalan berkelok dengan variasi antara jalan mulus dan rusak menjadi tantangan tersendiri. Belum lama perjalanan yang menyiksa "batin", berada dalam sebuah kotak bernama bis dengan durasi perjalanan 3-5 hari tentunya adalah sebuah pengalaman yang "Wow", butuh keberanian dan mental tahan banting untuk menjalani itu semua. Akan tetapi, semuanya di akhir perjalanan dari orang-orang yang melakukan perjalanan tersebut, terbayar dengan melihat eloknya alam Sumatera, kemudian juga perkenalan dan persaudaraan dengan orang yang kita kenal didalam bis selama perjalanan, ada pepatah katanya, kalau naik bis sumatera-an itu, "Naik tak kenal, turun jadi Saudara" .iyalah, mana tahan kita berdiam satu sama lain dalam waktu yang lama seperti itu. Ada tujuan yang ingin dit...

Tabloid Bola Edisi Terakhir.

Saya hobi membaca, segala jenis bacaan bisa saya lalap, kebiasaan ini muncul dari semenjak usia pra-sekolah sampai sekarang. Asupan bacaan saya dulu adalah majalah Bobo, Ananda, Tom-tom, Si Kuncung dll. Beranjak remaja, tepatnya kelas 1 (Satu) SMP, tiba-tiba saya punya hobi baru, nonton sepakbola, penyebabnya adalah tayangan Piala Dunia 94 Amerika di televisi. Sebelumnya saya tidak begitu suka sepakbola, bagi saya waktu itu, sepakbola tak lebih dari sebuah olahraga yang membosankan, monoton dan minim gol, sehingga tak ada minat untuk menyukainya, ditambah jam tayang yang kadang malam atau dinihari. Awal ketertarikan di Piala Dunia 94 itu, karena saya menyukai timnas Belanda (sampai sekarang), sehingga setiap Belanda main, saya sempatkan bagaimanapun untuk menonton. Nah untuk menambah referensi, mulailah saya membeli Tabloid Bola, kalau tidak salah harganya masih Rp. 750 dan terbit hanya setiap hari Jum’at. Itupun harus penuh drama, perjuangan dan airmata, ya karena walauupun ha...

Jempol deh Untuk TVRI

Beberapa hari lalu saya bercakap-cakap dengan istri tentang kenangan acara-acara TVRI jaman dahulu kala, maklum saja, kami lahir di tahun 80-an sehingga soal acara   TVRI pasti sudah sangat fasih, apalagi Cuma TVRI lah stasiun televisi satu-satunya waktu itu. Maka jangan tanyakan tingkat kefasihan kami pada film Si Unyil yang legendaris itu. He he he. Salah satu topik yang diperbincangkan adalah, dulu TVRI itu benar-benar sangat mendidik, selain juga menghibur untuk ukuran waktu itu. Ternyata kita memiliki satu kesukaan yang sama, yaitu suka menonton acara yang intinya menggambarkan seorang detektif dimana dia memecahkan kasusnya dengan menggunakan rumus-rumus matematika. Kemudian saya menimpali, dulu juga di awal tahun 90-an ketika muncul TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) yang hanya siaran dari jam 6.00-12.00 WIB juga ada siaran khusus yang menayangkan tentang kegiatan materi pembelajaran dari tingkat SD-SMA, kalau tidak salah dimulai dari pukul 8.00 pagi sampai jam 9.00...

PSBB di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Sudah 3 (tiga) pekan sejak pemerintah memutuskan agar masyarakat untuk diam di rumah dan mengerjakan segalanya dari rumah, sudah terlihat tanda-tanda kelesuan ekonomi. Mulai dari sepinya pusat-pusat perbelanjaan, kemudian dibatasinya jam kerja karyawan, lalu pembatasan atau bahkan pelarangan mudik, semuanya telah berimbas pada satu masalah, penurunan daya beli masyarakat. Kegiatan ekonomi yang seharusnya berjalan dinamis, sekarang seperti terhenti walaupun tidak secara total. Ditengah-tengah kelesuan ekonomi tersebut, seruan pemerintah untuk masyarakat agar tinggal dirumah, rupanya diabaikan begitu saja oleh sebagian masyarakat terutama oleh kalangan pekerja informal, seruan bahkan disertai dengan ancaman baik secara pidana atau dampak dari Covid -19 yang sangat menular, tak cukup membendung niat dan hasrat mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini tak bisa disalahkan, ketika pemerintah tidak bisa menyanggupi kebutuhan dasar masyarakat selama masa PSBB (Pembatas...

Ketika Kaum Hawa Berbelanja

Apa yang paling membosankan selain menunggu? jawabannya adalah tetap menunggu juga, khususnya menunggu sang istri berbelanja. Kalau belanja kebutuhan sehari-hari rasanya tidak begitu bermasalah, waktu terasa cepat berlalu, tinggal melihat dan berjalan sepanjang rak dan melihat-lihat apa yang menjadi kebutuhan rumah tangga, biasanya ritual belanja sudah selesai. Tapi cobalah anda temani istri anda belanja sepatu, baju, atau kerudung jilbabnya, rasanya waktu akan terasa lama dan lambat, persis seperti proses perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan yang tidak tahu ujung pangkalnya. Saya sering memperhatikan dan menganalisa, kenapa kaum hawa  itu belanjanya lama, kesimpulannya ada beberapa hal ; 1. Wanita sering gelap mata dengan beragamnya model yang dipampang di display. Sehingga lihat item yang ini tertarik, berpindah ke rak yang lain, eh itu juga bagus ya, maka biasanya otomatis  keluarlah kata atau kalimat  "Ih, ini lucu ya"...bila kalimat ini sudah keluar...

Ngaliweut

 Sumber Foto : Detik Food Saya tidak tahu darimana atau asal dari nasi liweut (Ejaan Sunda). Yang jelas saya menikmatinya. Bukan sekedar   rasanya yang gurih, lebih dalam lagi tentang filosofi yang terkandung dalam proses pembuatan atau ketika memakannya. Kalau dilihat dari pengertian nasi liweut itu sendiri suatu teknik memasak nasi dengan cara mencampur beras dan air, bisa air putih atau santan dalam suatu tempat khusus, bisa berupa kastrol, atau dandang untuk memasak nasi hingga matang. Nah yang unik dari nasi liweut itu sendiri adalah cara penyajiannya, biasanya nanti nasi dan lauknya dinikmati secara bersama dengan cara dihamparkan pada suatu alas ( biasanya daun pisang) dan dinikmati bersama-sama   secara lesehan. Disinilah letak filosofisnya, pembuatannya memerlukan suatu kerja kolektif, ada yang mendapat bagian mengolah   bumbu, memasak dan menjaga kestabilan api-nya, bahkan ada yang bertugas untuk mencari daun pisang sebagai alas. Hal ini semua...

Pil...Pil...Pil...

Semenjak era pemilihan pemimpin dilaksanakan secara langsung, entah sudah berapa kali saya mengikuti ritual pemilihan tersebut yang biasanya dilaksanakan dalam interval waktu 5 (lima) tahunan itu. Coba kita inventarisir, ketentuan pemilihan pemimpin secara langsung itu mulai tahun 2004, SBY waktu itu jadi Presiden Indonesia yang dipilih langsung oleh rakyat, setelah itu pemilihan gubernur, bupati hingga kepala desa mengikutinya, bahkan mungkin jarak waktunya berdekatan sekali. Maka sejak itu kita mulai mengenal istilah Pilpres, Pilgub, Pilbup sampai ke   Pilkades. Tidak ada yang salah sebenarnya, karena konstitusi mengatur demikian, disatu sisi ini merupakan penghargaan kepada rakyat, bahwa suaranya dihargai, hal ini juga bukankah sebuah tuntutan dulu di masa reformasi bahwa   pemimpin itu lebih baik dipilih secara langsung oleh rakyat sebagai wujud kedaulatan rakyat? Tapi hal ini menimbulkan kejenuhan tersendiri, bahkan kalau tidak bijak menyikapinya bisa saja me...