Langsung ke konten utama

Tentang WA (Whatsapp)

Bulan Januari 2021 ini dihiasi dengan kehebohan tentang sistem keamanan atau privasi WA yang dirubah, saya sendiri mendapatkan notifikasi atau pemberitahuan dari WA sebanyak 2 (dua) kali, yang pertama tidak saya jawab dan di notifikasi yang kedua baru saya jawab IYA Setuju dengan perubahan itu.

Pandangan masyarakat seperti terbelah dua dengan berita tersebut, ada yang tidak setuju dan mempermasalahkannya dengan isu keamanan data sebagai alasan, ada yang setuju dan juga ragu-ragu atau bahkan tidak peduli, tapi kalau dilihat sepertinya banyak yang tidak setuju. 

Reaksi masyarakat adalah dengan mencari aplikasi yang dijadikan alternatif seperti BIP, Signal ataupun yang sudah cukup terkenal, yaitu Telegram. Perang opini seperti terjadi di dunia maya, ajakan-ajakan yang bersifat komparasi atau perbandingan dari keunggulan bahkan kelemahan dari masing-masing aplikasi itu bersebaran memasuki ruang individu kita, bahkan saya menilai BIP sebagai pihak yang agresif dan tendesius, dengan menawarkan satu info yaitu BIP merupakan salah satu produk Turki dan menyebutkan secara spesifik bahwa aplikasi ini adalah salah satu tanda dari kebangkitan ummat islam.

Melihat hal tesrebut, saya mempunyai pandangan bahwa ini adalah mutlak perang dagang, sesuatu yang biasa terjadi, dan bagi saya pribadi adalah menyikapinya dengan tenang. Kita yang sepertinya ditakdirkan menjadi bangsa konsumen dalam peperangan tekhnologi tingkat global hanya bisa berada di himpitan perang tersebut dan saya tak mau menjadi korbannya.

Saya akan tetap menggunakan WA dengan segala kelebihan dan kekurangannya tapi tidak fanatik, ini lebih didorong karena memang kontak dan urusan pekerjaan masih dominan menggunakan ini, saya juga nanti akan menggunakan BIP, Signal atau Telegram bila suatu saat aplikasi ini diperlukan, rasanya kasus aplikasi BBM (Blackberry Messenger) harus dijadikan pelajaran bahwa teknologi ada batasnya.

Tapi saya tidak akan pernah mengajak orang untuk pindah ke aplikasi tertentu, karena itu adalah privasi orang yang harus kita jaga, sebagaimana tuntutan kepada pihak WA untuk menjaga privasi kita.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Sepakbola Tidak Menarik Lagi

Piala Dunia Sepakbola tahun 1994 di Amerika Serikat adalah waktu pertama yang boleh dibilang saya mulai menyukai menonton olahraga terpopuler sejagat ini, saya terkagum-kagum dengan penampilan timnas Belanda yang berkaos warna oranye kebanggaannya, dari ajang inilah juga saya mulai berlangganan tabloid Bola yang terbit setiap hari Jum'at, waktu itu harganya Rp 750, perlu sedikit perjuangan untuk menghemat uang saku yang tidak seberapa itu disisihkan, hanya untuk membeli tabloid ini. Kesukaan pada sepakbola ini telah mengantarkan saya pada sebuah dunia yang baru dan mengasyikkan. Dari tabloid Bola pula saya sampai hafal nama-nama pesepakbola top dari berbagai liga dunia, begitupun juga nama-nama klub, baik tingkat lokal maupun internasional. Dekade pertengahan 90-an mungkin menjadi masa yang penuh keseruan, terutama untuk penggemar Serie A Italia. Persaingan ketat 7 klub top Italia yang lebih dikenal dengan Magnificent Seven, telah membius perhatian, sehingga kabar tentang klub-kl...

Honor dari Tulisan

Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca. Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal. Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas. Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Ham...

Catatan Sepakbola (Bagian 1) Melawan Jepang, Kita Realistis Saja.

Tulisan ini dibuat beberapa hari setelah pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang dalam rangka kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Seperti yang kita ketahui, hasilnya adalah kita kalah dengan telak 4-0, menyesakkan memang, apalagi kita kalah di kandang sendiri yang dianggap "sakral" oleh pecinta sepak bola tanah air, yaitu Gelora Bung Karno. Kecewa? Pasti, itu adalah hasil yang negatif, tapi rasanya kekecewaan itu juga bisa berubah menjadi kebanggaan, yaitu masihlah mending kita kalah 4-0, lihatlah Timnas China, mereka malah lebih parah dipermak dengan skor 7-0, kalau begitu masih untunglah kita ya?... Timnas Jepang Unggul Segalanya Soal Timnas Jepang, tak usahlah lagi kita ragukan lagi kualitasnya, level mereka jauh diatas kita, mau dilihat dari apapun, rangking FIFA? mereka jauh diatas kita, Trofi Piala Asia? mereka langganan juara, atau mau kita banding-bandingan pengalaman di Piala Dunia? Mereka sejak 1998 rutin bermain di even 4 tahunan itu,bagaiman...