Langsung ke konten utama

Film Kartun Era 80-90an.

Bagi generasi 80-an, waktu sore hari sekitar pukul 3 sore, adalah masa-masa yang menyenangkan. Di waktu itulah, TVRI yang menjadi channel satu-satunya dengan slogannya "Menjalin Persatuan dan Kesatuan" mulai mengudara. Seingat saya, dulu TVRI jam siarannya mulai pukul 14.30, terkecuali hari Minggu dan hari-hari libur Nasional, biasanya akan tayang dari jam 06.00 pagi.

Untuk jam 3 sore sendiri, TVRI biasanya akan memutar film kartun, dan film-film itu bagi saya memberikan kesan tersendiri, dan masih terkenang sampai saat ini.

Pertama, yang saya ingat adalah Kura-Kura Ninja, mengisahkan 4 (empat) kura-kura yg memiliki keahlian khusus dan senjata unik masing-masing. Kalaulah saya tak lupa, mereka itu Raphael, Michelangelo, Leonardo dan Donatello, mereka dibimbing seorang guru dari bangsa tikus. Musuh mereka Schneider yang punya kendaraan menembus tanah. Saya sampai berfantasi memiliki kendaraan tersebut, saya membayangkan, bisa menembus perut bumi, berangkat dari Sukabumi, nanti muncul-muncul di kota New York.

Yang kedua He-Man, saya lupa nama tokohnya, tapi dia punya pedang sakti.
Lalu Silverhawk, ini sekumpulan beberapa orang pahlawan yang memakai baju perak dan bisa terbang.

Terus Centurion.menceritakan 3 atau 4 orang ya (lupa), yang bisa berubah seperti robot, helikopter dan lainnya, saya suka membayangkan kalau saya bisa berubah jadi helikopter itu,
Kemudian, kalau Minggu pagi ada kartun komedi Police Academy, ini salah satu film kesenangan saya, karena lucu, unik dan sangat menghibur, ada polisi yang tinggi besar, penakut terus bisa menirukan berbagai suara.

Kemudian yang menempati peringkat pertama dan selalu saya tunggu adalah G-Force, film ini bagi saya dari ceritanya bagus sekali, walaupun gambar kartunnya ga semulus film sekarang, tapi efek ketegangannya apalagi bila lawan sulit dikalahkan, maka detik-detik komandan G-Force menekan tombol senjata pamungkas, adalah momen mendebarkan.

Masih banyak sebenarnya film-film kartun yang menemani masa kecil generasi 80-an, Tarzan, Zorro, Hulk dan Mask sebagai contohnya, Film-film itu menurut saya sebetulnya positif, artinya, pesan dari film tersebut mengajarkan bahwa kebaikan pasti akan menang bila berhadapan dengan kejahatan.

Ah..jadi kangen masa lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Sepakbola Tidak Menarik Lagi

Piala Dunia Sepakbola tahun 1994 di Amerika Serikat adalah waktu pertama yang boleh dibilang saya mulai menyukai menonton olahraga terpopuler sejagat ini, saya terkagum-kagum dengan penampilan timnas Belanda yang berkaos warna oranye kebanggaannya, dari ajang inilah juga saya mulai berlangganan tabloid Bola yang terbit setiap hari Jum'at, waktu itu harganya Rp 750, perlu sedikit perjuangan untuk menghemat uang saku yang tidak seberapa itu disisihkan, hanya untuk membeli tabloid ini. Kesukaan pada sepakbola ini telah mengantarkan saya pada sebuah dunia yang baru dan mengasyikkan. Dari tabloid Bola pula saya sampai hafal nama-nama pesepakbola top dari berbagai liga dunia, begitupun juga nama-nama klub, baik tingkat lokal maupun internasional. Dekade pertengahan 90-an mungkin menjadi masa yang penuh keseruan, terutama untuk penggemar Serie A Italia. Persaingan ketat 7 klub top Italia yang lebih dikenal dengan Magnificent Seven, telah membius perhatian, sehingga kabar tentang klub-kl...

Honor dari Tulisan

Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca. Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal. Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas. Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Ham...

Catatan Sepakbola (Bagian 1) Melawan Jepang, Kita Realistis Saja.

Tulisan ini dibuat beberapa hari setelah pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang dalam rangka kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Seperti yang kita ketahui, hasilnya adalah kita kalah dengan telak 4-0, menyesakkan memang, apalagi kita kalah di kandang sendiri yang dianggap "sakral" oleh pecinta sepak bola tanah air, yaitu Gelora Bung Karno. Kecewa? Pasti, itu adalah hasil yang negatif, tapi rasanya kekecewaan itu juga bisa berubah menjadi kebanggaan, yaitu masihlah mending kita kalah 4-0, lihatlah Timnas China, mereka malah lebih parah dipermak dengan skor 7-0, kalau begitu masih untunglah kita ya?... Timnas Jepang Unggul Segalanya Soal Timnas Jepang, tak usahlah lagi kita ragukan lagi kualitasnya, level mereka jauh diatas kita, mau dilihat dari apapun, rangking FIFA? mereka jauh diatas kita, Trofi Piala Asia? mereka langganan juara, atau mau kita banding-bandingan pengalaman di Piala Dunia? Mereka sejak 1998 rutin bermain di even 4 tahunan itu,bagaiman...