Langsung ke konten utama

Postingan

Honor dari Tulisan

Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca. Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal. Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas. Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Ham...

(Tulisan Kedua) : Masih Tentang Frugal Living.

Langkah selanjutnya setelah kita mengetahui apa itu Frugal Living adalah membuat perencanaan untuk kita bisa memulai gaya hidup itu. Saya pribadi membuat beberapa langkah, yaitu ; 1. Membuat Penganggaran. Sebisa mungkin saya membuat perencanaan anggaran, saya kira inilah titik awalnya. Kita pasti sudah memiliki bayangan apa saja yang harus kita beli atau kita keluarkan. Intinya biasanya kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak, tabungan untuk hal-hal yang bersifat darurat, Listrik, PDAM, dan juga jangan lupakan sedekah. Semua pengeluaran itu sebisa mungkin dicatat, memang kadang kita malas, tapi mencatat pengeluaran itu penting, kita bisa tahu kemana "larinya" uang kita. 2.Kebutuhan dan Keinginan. Keinginan manusia itu tidak ada batasnya, itu ungkapan yang sering kita dengar, memang ada benarnya juga, manusia akan hidup dalam siklus mode yang terus berputar, para produsen berlomba-lomba menawarkan dagangan terbarunya, menggoda kita untuk membeli dan memilikinya wa...

(Tulisan kesatu) :Ajakan Untuk Frugal Living

Membaca berita beberapa hari lalu, tertulis bahwa pemerintah berencana menaikkan PPN yang tadinya 10 % menjadi 12 %, tentu konsekuensinya adalah barang-barang atau komoditas tertentu akan terkena imbas dari kebijakan tersebut atau dengan kata lain harga-harga akan naik yang tentunya membuat pengeluaran kita menjadi membengkak, sementara pendapatan kita ya segitu-gitu saja. Menanggapi rencana itu, maka muncul seruan untuk melakukan gaya hidup "Frugal Living", pertanyaan kita tentu, gaya hidup apalagi nih?. Definisi Frugal Living . Saya pribadi sebenarnya mengenal istilah ini mungkin sekitar tahun 2018-an (kalau tidak salah ingat), karena di waktu itu, saya sedang suka-sukanya membaca buku Fumio Sasaki, seorang warga Jepang yang mencoba menerapkan gaya hidup minimalis, sebuah gaya hidup yang hanya memprioritaskan kebutuhan dibanding keinginan dengan salah satu manifestasinya dengan mengurangi jumlah atau kuantitas kepemilikan barang. Dari membaca kehidupan Fumio Sas...

Catatan Sepakbola (Bagian 2) : Nilai Lebih STY

Sebelumnya saya mengajak anda untuk mengingat kembali, kapan terakhir kalinya kita antusias dan merasa penuh percaya diri ketika melihat penampilan Timnas Indonesia, kalau saya pribadi, saya akan menjawab Piala AFF 2010 yang waktu itu diselenggarakan di kandang kita sendiri. Saat itu, sepakbola kita bergairah, Timnas kita tampil menggila dibawah kepelatihan Alfred Riedl, dengan bermaterikan pemain seperti Markus Horison sebagai kiper, Firman Utina di lapangan tengah dan penampilan ciamik pemain naturalisasi kita, Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales. Penampilan perdana kita dengan membabat habis 5-1 tetangga yang kadang adem-ayem, kadang juga panas, yaitu Malaysia. Efek kemenangan tersebut terasa sangat membekas, walau kemudian di babak final, kita mengalami antiklimaks, kita dikalahkan oleh lawan yang sama di mana awal kita memulai, yaitu Malaysia juga. Hanya Pesimis dan Pesimis Setelah ajang itu, semua pudar, kita seakan ditampar dan disadardirikan bahwa posisi Timnas kita...

Catatan Sepakbola (Bagian 1) Melawan Jepang, Kita Realistis Saja.

Tulisan ini dibuat beberapa hari setelah pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang dalam rangka kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Seperti yang kita ketahui, hasilnya adalah kita kalah dengan telak 4-0, menyesakkan memang, apalagi kita kalah di kandang sendiri yang dianggap "sakral" oleh pecinta sepak bola tanah air, yaitu Gelora Bung Karno. Kecewa? Pasti, itu adalah hasil yang negatif, tapi rasanya kekecewaan itu juga bisa berubah menjadi kebanggaan, yaitu masihlah mending kita kalah 4-0, lihatlah Timnas China, mereka malah lebih parah dipermak dengan skor 7-0, kalau begitu masih untunglah kita ya?... Timnas Jepang Unggul Segalanya Soal Timnas Jepang, tak usahlah lagi kita ragukan lagi kualitasnya, level mereka jauh diatas kita, mau dilihat dari apapun, rangking FIFA? mereka jauh diatas kita, Trofi Piala Asia? mereka langganan juara, atau mau kita banding-bandingan pengalaman di Piala Dunia? Mereka sejak 1998 rutin bermain di even 4 tahunan itu,bagaiman...

MAKNA DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM KEMERDEKAAN INDONESIA

  Kemerdekaan Indonesia yang sebentar lagi akan kita rayakan untuk ke-79 kalinya merupakan sebuah anugerah dan nikmat luar biasa yang telah Allah Subhanauhuwatala berikan kepada kita. Layaknya sebagai sebuah karunia, maka sudah sewajarnya kita bersyukur atas nikmat tersebut. Kemerdekaan yang kita raih dan nikmati ini, bukanlah sebuah hal yang didapat dengan cuma-cuma, tetapi di belakangnya ada sebuah pengorbanan, perjuangan, darah, air mata dan tentunya kehendak dari Yang Maha Kuasa. Makna Kemerdekaan Merdeka, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memliki 3 (tiga) pengertian, yang pertama adalah bebas dari belenggu ataupun penjajahan, kedua ; tidak terkena atau lepas dari berbagai tuntutan dan ketiga ; tidak terikat, tidak bergantung pada pihak atau orang tertentu dan leluasa. Dalam pengertian yang pertama, bila kita kaitkan dengan kondisi negara kita dulu, merdeka artinya lepas dari belenggu ataupun penjajahan. Bangsa kita telah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 A...

Menelusuri Kembali Perjalanan Ibadah Haji di Masa Kolonial Belanda.

  Ibadah haji yang merupakan salah-satu dari Rukun Islam, merupakan ibadah yang didambakan bagi setiap orang islam di dunia ini. Banyak orang yang rela untuk mengorbankan sebagian hartanya hanya agar bisa melaksanakan ibadah haji, selain dari faktor biaya, tenaga dan pikiran juga harus dalam kondisi yang prima, dikarenakan ibadah ini memerlukan tenaga fisik yang kuat dan sehat. Semua hal tersebut yang disebutkan tadi, rupanya tidak menghalangi niat di hati setiap kaum muslimin untuk menunaikan ibadah haji, walaupun harus masuk dalam waiting list (daftar tunggu) yang waktunya bisa belasan bahkan puluhan tahun di negara kita ini. Sejarah perjalanan ibadah haji juga telah berjalan cukup panjang di Indonesia. Beberapa literatur sejarah menyebutkan, bahwa perjalanan ibadah haji sudah diatur ketika masa kerajaan-kerajaan islam masih berdiri, seperti masa Kerajaan Samudra Pasai, Aceh, Demak hingga Banten, hanya saja pada waktu itu, perjalanan ibadah haji lebih bersifat mandiri dan lep...

Kue Lebaran Jaman Dulu

Apa hal yang paling menyenangkan di saat dulu ketika akan menyambut lebaran tiba ?, jawabannya bagi saya adalah waktu satu pekan sebelum lebaran itu sendiri. Disaat itulah almarhum ibu saya sudah mulai mengeluarkan "amunisi" khusus untuk membuat penganan atau kue untuk disuguhkan kepada saudara dan para tamu nanti di hari raya. Mixer merek Sharp model jadul kembali akan beraksi dengan dengungan suaranya yang khas di telinga, oven dari kaleng aluminium yang didepannya ada kaca untuk mengintip apa kue keringnya sudah masak mengembang atau belum (sekilas seperti tv 14 Inch), juga loyang-loyang kue yang mungkin penampakkannya hanya terlihat setahun sekali pun akan disiapkan.  Di momen seminggu sebelum liburan itu biasanya saya akan mendapat tugas sebagai "Duta Warung", yaitu khusus bagian disuruh-suruh ibu untuk membeli vanilli, margarin, dan bahan-bahan kue lain yang kadang mendadak dibutuhkan, pastinya tidak lupa minyak tanah (sebelum jaman kompor gas) ha...

Hujan dan Jatuh

Jatuh selalu menandakan sesuatu yang negatif atau tidak baik. Jatuh juga kadang setara dengan rasa sakit dan meninggalkan luka. Manusia pastinya tidak mau jatuh, jatuh dalam arti sebenarnya ataupun dalam arti lainnya. Manusia akan sangat menghindari kata ini. Walau terkadang ada beberapa yang mengatakan, ada sesekali kita harus merasa jatuh agar ada instrospeksi dalam kehidupan, jatuh juga bisa menjadi awal yang baru untuk melangkah lebih baik lagi. Saya pun sama, tidak mau mengalami itu, karena pasti sakit rasanya. Sebagai manusia tentunya ingin terus berada dalam kestabilan, keseimbangan hidup sampai waktu nanti. Hanya satu jatuh yang saya suka, yaitu jatuhnya air hujan ke bumi. Hujan memberikan ketenangan dan nuansa lain. Mau deras ataupun gerimis, hujan selalu memberi sensasi tersendiri. Saya menyukai air hujan, karena kadang jatuhnya air hujan bisa menutupi air mata yang kadang menetes tanpa sebab. Hujan menjadi alat untuk "memanipulasi" bahwa ada air mata yang kelua...

Mudik

Bila kita lihat berita akhir-akhir ini, pastilah berita Mudik akan mendominasi. Menjelang Idul Fitri, memanglah suatu kelaziman bahwa Mudik menjadi sebuah tradisi yang  dilakukan, orang akan berbondong-bondong kembali ke kampung halamannya, tidak peduli jauh jarak yang ditempuh, berapa biaya yang diperlukan, waktu yang lama karena kemacetan maupun halangan-halangan lainnya, yang penting harus Mudik. Titik !. Mudik ( Mulih Dhisik ) ? Dari beberapa literatur yang saya dapat, ada yang berpendapat bahwa Mudik berasal dari kata Mulih Dhisik (Bhs.Jawa), yang berarti pulang dulu. Kemudian ada juga yang menuliskan bahwa Mudik adalah berarti Udik yang berarti kampung halaman, namun apapun itu, baik Mulih Dhisik maupun Udik , maknanya sama, yaitu pulang ke kampung halaman. Pertanyaannya adalah pulang dari mana ? Ya pulang dari kota. Kota yang untuk sementara waktu menjadi tempat untuk mencari nafkah kehidupan, kota juga bisa didefinisikan tempat yang dianggap lebih baik unt...

Mahalnya Demokrasi

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan yang pertama, masih di judul Haruskah Pemimpin Dipilih Secara Langsung. Bila pada tulisan sebelumnya menyinggung beberapa alasan mengapa kita harus mulai memikirkan alternatif lain selain pemilihan langsung untuk para pemimpin di tingkat lokal (daerah), maka pada tulisan kedua ini akan lebih menyoroti besarnya biaya untuk penyelenggaraan pemilu di tingkat daerah dan apakah dengan tingginya biaya tersebut akan menghasilkan pemimpin yang berkualitas? Politik Memerlukan Biaya Kita ketahui bahwa politik itu memiliki cost atau biaya  dan modal tertentu, Cost tersebut bisa berarti biaya (baca : uang) ataupun modal-modal lain yang berbentuk seperti elektabilitas (tingkat keterpilihan), popularitas (keterkenalan) dan kapabilitas (kemampuan dari si calon itu sendiri). Dari semuanya modal tersebut, sepertinya berkaitan, untuk mendongrak elektabilitas dan popularitasnya, maka si calon haruslah mulai aktif untuk memperkenalkan dirinya ke masyara...

Haruskah Pemimpin Dipilih Secara Langsung?

Tanggal 20 Maret 2024 kemarin, usai sudah penghitungan atau rekapitulasi suara pemilu yang berlangsung kurang lebih 1 (satu) bulan lamanya, dimulai secara bertahap, dari tingkat yang paling bawah hingga berakhir di tingkat nasional. Di sela-sela penghitungan itu, banyak terjadi dinamika dan gejolak yang mewarnai proses tersebut, tuduhan kecurangan yang dialamatkan kepada calon tertentu, kemudian tudingan atas ketidakbecusan KPU terutama pada aplikasi yang digunakan yaitu SIREKAP juga ikut mencuat, sehingga membuat pemberitaan tentang pemilu ini berlangsung panas. Perdebatan atau pro-kontra tentang pemilu tersebut, bila tidak segera dilakukan perbaikan, bukan hal yang mustahil akan terjadi lagi untuk siklus 5 (lima) tahunan berikutnya. Ini ibarat kita mengulang kesalahan di kubangan yang sama pula. Haruskah Pemilihan Secara Langsung ?. Tentang keriuhan pasca pelaksanaan pemilu 2024 ini, muncul pertanyaan, sejauh manakah pentingnya pemilu bagi bangsa kita? Lebih khususnya apakah memang u...

Ketika Sepakbola Tidak Menarik Lagi

Piala Dunia Sepakbola tahun 1994 di Amerika Serikat adalah waktu pertama yang boleh dibilang saya mulai menyukai menonton olahraga terpopuler sejagat ini, saya terkagum-kagum dengan penampilan timnas Belanda yang berkaos warna oranye kebanggaannya, dari ajang inilah juga saya mulai berlangganan tabloid Bola yang terbit setiap hari Jum'at, waktu itu harganya Rp 750, perlu sedikit perjuangan untuk menghemat uang saku yang tidak seberapa itu disisihkan, hanya untuk membeli tabloid ini. Kesukaan pada sepakbola ini telah mengantarkan saya pada sebuah dunia yang baru dan mengasyikkan. Dari tabloid Bola pula saya sampai hafal nama-nama pesepakbola top dari berbagai liga dunia, begitupun juga nama-nama klub, baik tingkat lokal maupun internasional. Dekade pertengahan 90-an mungkin menjadi masa yang penuh keseruan, terutama untuk penggemar Serie A Italia. Persaingan ketat 7 klub top Italia yang lebih dikenal dengan Magnificent Seven, telah membius perhatian, sehingga kabar tentang klub-kl...

Bima

  S aya kira, kita semua pernah mendengar nama ini, ketika disebut nama Bima, yang terbayang adalah sosoknya yang tinggi besar, bersuara menggelegar, keberaniannya yang tinggi dengan berbagai kesaktian yang dimilikinya. Dalam dunia perwayangan dan kisah sastra Mahabrata, dia adalah anak kedua setelah Yudistira, kemudian dia punya adik Arjuna dan si kembar Nakula Sadewa. Bima digambarkan memiliki keahlian bertempur dengan senjata Ghada, konon katanya, orang yang dipukul oleh Ghada tersebut bisa remuk dan hancur lebur tulang dan semua sendinya, mengerikan bukan? Tapi bukan itu yang akan dibahas dalam tulisan ini, saya lebih tertarik dengan karakter yang dimiliki oleh Bima itu sendiri. Dikisahkan, Bima adalah seseorang yang keras kepala, pemberani, berpenampilan dan berbicara kasar, tapi komitmen dengan janjinya dan apa yang dia lakukan, sesuai dengan apa yang dikatakannya. Bima yang Urakan. Bima tak suka berpura-pura, dia akan berkata A bila itu memang A, dan B jika itu B. Dia me...

Pagi

Saya penyuka pagi hari, terutama antara jam 5 sampai jam 10 pagi, entah kenapa di jam-jam tersebut rasanya "baterai" diri ini terasa full, mood bekerja, mood beraktifitas terasa berada dalam kondisi maksimal, semua pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik. Setelah jam-jam itu, biasanya mood akan sedikit berubah, sedikit menurun dan biasanya ada rasa jemu atau bosan.  Apalagi di hari Minggu, dimana hari itu hari libur total. Rasanya semua pekerjaan rumah pun bisa saya lakukan, tapi ya itu, jam 10 biasanya menjadi batas antara keinginan untuk beraktivitas dan istirahat.  Dari artikel yang pernah saya baca, setiap orang memang punya "waktu" aktivitasnya sendiri, maka tak heran bila ada orang yang mampu mengerjakan pekerjaannya secara maksimal di sore hari, bahkan ada yang kuat untuk begadang sepanjang malam untuk menyelesaikan pekerjaannya.  Kembali ke soal pagi hari, sensasi rasanya memang menyegarkan, rasakanlah angin yang berhembus di pagi hari itu, dingin tapi meny...