Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca.
Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal.
Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas.
Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Hamka yang akhirnya mereka "menggantungkan" kehidupannya dari honor menulis, bagi mereka ,walaupun kecil nilainya tapi ada sebuah kepuasan tak bisa dijelaskan ketika mereka menerima honor tersebut, bukan berarti mereka menjadi "matre", tapi ada sebuah kenikmatan seperti mereguk air di tengah dahaga, ketika kerja intelektualitas mereka dalam bentuk tulisan tersebut dihargai.
Menulis adalah sebuah petualangan yang mengasyikkan, menembus sekat-sekat pemikiran kita, didalamnya pasti ada sebuah perjuangan dan usaha keras, tidak mudah menumpahkan apa yang ada dalam pikiran kita kedalam bentuk sebuah tulisan dan sampai kepada pikiran pembaca.
Dan kegembiraan menerima honor tulisan tersebut mungkin hanya bisa dirasakan untuk mereka yang memang senang dengan dunia penulisan.
Oleh karena itu, mulailah menulis, bukan untuk honor, tapi rasakan kepuasannya dulu, karena honor adalah bonus.
Ma sya Allah ayah, barokallahu fikum
BalasHapusTerima kasih ya sudah singgah
Hapus