Langsung ke konten utama

(Tulisan Kedua) : Masih Tentang Frugal Living.


Langkah selanjutnya setelah kita mengetahui apa itu Frugal Living adalah membuat perencanaan untuk kita bisa memulai gaya hidup itu. Saya pribadi membuat beberapa langkah, yaitu ;
1. Membuat Penganggaran.
Sebisa mungkin saya membuat perencanaan anggaran, saya kira inilah titik awalnya. Kita pasti sudah memiliki bayangan apa saja yang harus kita beli atau kita keluarkan. Intinya biasanya kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak, tabungan untuk hal-hal yang bersifat darurat, Listrik, PDAM, dan juga jangan lupakan sedekah. Semua pengeluaran itu sebisa mungkin dicatat, memang kadang kita malas, tapi mencatat pengeluaran itu penting, kita bisa tahu kemana "larinya" uang kita.
2.Kebutuhan dan Keinginan.
Keinginan manusia itu tidak ada batasnya, itu ungkapan yang sering kita dengar, memang ada benarnya juga, manusia akan hidup dalam siklus mode yang terus berputar, para produsen berlomba-lomba menawarkan dagangan terbarunya, menggoda kita untuk membeli dan memilikinya walau mungkin sebetulnya tidak kita butuhkan. Yang harus kita usahakan adalah mengetahui mana kebutuhan kita, kalau memang kita hanya butuh dua pasang sepatu, mengapa kita harus membeli tiga? Kemudian, bila pakaian kita masih enak dan nyaman kita pakai, mengapa harus membeli lagi, sehingga yang ada nantinya semua pakaian itu akan menumpuk di lemari kita. Intinya adalah kesadaran, bahwa memang kita banyak keinginan, tapi benarkah itu yang kita butuhkan.
3. Pakai Sampai Rusak
Prinsip ini saya pegang dari dulu, memang karena berangkat dari kondisi penuh keterbatasan, sehingga barang yang saya gunakan itu sebelum memang kondisinya masuk kategori rusak berat, saya tidak akan menggantinya, alih-alih membeli yang baru, saya memilih untuk memperbaikinya saja. 
Tapi saya kira prinsip ini masih relevan kita gunakan bila kita ingin menerapkan prinsip hidup Frugal Living, memakai barang sampai rusak membuat kita bisa memaksimalkan fungsi barang tersebut dan juga sebenarnya mengurangi konsumsi dan biaya produksi dari produsen.
Mungkin itu langkah-langkah memulai hidup Frugal Living, tapi intinya kita tidak pelit pada diri kita sendiri, tapi kita bijak dalam melakukan pengeluaran keuangan kita, apalagi di masa-masa sulit seperti ini. Kadang kita perlu "keras" pada diri sendiri, untuk kebaikan kita di masa depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Sepakbola Tidak Menarik Lagi

Piala Dunia Sepakbola tahun 1994 di Amerika Serikat adalah waktu pertama yang boleh dibilang saya mulai menyukai menonton olahraga terpopuler sejagat ini, saya terkagum-kagum dengan penampilan timnas Belanda yang berkaos warna oranye kebanggaannya, dari ajang inilah juga saya mulai berlangganan tabloid Bola yang terbit setiap hari Jum'at, waktu itu harganya Rp 750, perlu sedikit perjuangan untuk menghemat uang saku yang tidak seberapa itu disisihkan, hanya untuk membeli tabloid ini. Kesukaan pada sepakbola ini telah mengantarkan saya pada sebuah dunia yang baru dan mengasyikkan. Dari tabloid Bola pula saya sampai hafal nama-nama pesepakbola top dari berbagai liga dunia, begitupun juga nama-nama klub, baik tingkat lokal maupun internasional. Dekade pertengahan 90-an mungkin menjadi masa yang penuh keseruan, terutama untuk penggemar Serie A Italia. Persaingan ketat 7 klub top Italia yang lebih dikenal dengan Magnificent Seven, telah membius perhatian, sehingga kabar tentang klub-kl...

Honor dari Tulisan

Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca. Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal. Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas. Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Ham...

Catatan Sepakbola (Bagian 1) Melawan Jepang, Kita Realistis Saja.

Tulisan ini dibuat beberapa hari setelah pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang dalam rangka kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Seperti yang kita ketahui, hasilnya adalah kita kalah dengan telak 4-0, menyesakkan memang, apalagi kita kalah di kandang sendiri yang dianggap "sakral" oleh pecinta sepak bola tanah air, yaitu Gelora Bung Karno. Kecewa? Pasti, itu adalah hasil yang negatif, tapi rasanya kekecewaan itu juga bisa berubah menjadi kebanggaan, yaitu masihlah mending kita kalah 4-0, lihatlah Timnas China, mereka malah lebih parah dipermak dengan skor 7-0, kalau begitu masih untunglah kita ya?... Timnas Jepang Unggul Segalanya Soal Timnas Jepang, tak usahlah lagi kita ragukan lagi kualitasnya, level mereka jauh diatas kita, mau dilihat dari apapun, rangking FIFA? mereka jauh diatas kita, Trofi Piala Asia? mereka langganan juara, atau mau kita banding-bandingan pengalaman di Piala Dunia? Mereka sejak 1998 rutin bermain di even 4 tahunan itu,bagaiman...