Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Televisi

Sudah lama rasanya tidak melihat televisi secara intens, hanya sekilas-sekilas saja dan itupun terbatas pada acara olahraga dan berita. Kehadiran Smartphone rupanya sudah sedikit mengubah arah minat saya pada televisi. Dulu, alat yang bentuknya kebanyakan berbentuk kotak ini pernah membius kita dengan acara-acaranya, apalagi di masa kanak-kanak. Walaupun mungkin hanya ada TVRI saja sebagai stasiun televisinya, tapi tentu kita akan banyak pengalaman berkesan yang tertanam dalam ingatan kita. Bagaimana selalu kita menunggu kehadiran Si Unyil yang membuat kita rela menunggu dan tidak beranjak kemana-mana, kemudian film-film yang menarik apalagi di hari Minggu, sampai acara Dunia Dalam Berita yang pastinya kita tongkrongin sampai malam (bagi saya, Dunia Dalam Berita itu juga sebagai alarm diri, karena selesainya acara itu di jam 21.30, menandakan itu waktunya untuk tidur karena besok paginya harus masuk sekolah). Kita seakan ketergantungan pada televisi. Informasi, hiburan segalanya ada...

Hujan dan setelahnya

  Saya menyukai hujan, jatuhnya butiran air dari langit itu selalu menjadi momen yang ditunggu. Dulu semasa masih di sekolah dasar, turunnya hujan apalagi kalau pulang sekolah adalah hal yang menggembirakan, setelah bel sekolah berbunyi, buku langsung dimasukkan kedalam tas, lalu kemudian saya berlari kecil menembus hujan itu, tidak mempedulikan baju seragam, sepatu, tas yang nantinya basah, yang penting saya bahagia walau nantinya akan kena omelan dari ibu setibanya di rumah. Sekarang setelah dewasa, tentu tidak seperti itu lagi, rasanya agak ragu juga untuk menembus hujan itu, sekarang harus dilengkapi dengan mantel jas hujan. Tapi, kegembiraan dan keceriaannya masih tetap sama. Saat ini hujan saya nikmati dengan perenungan lebih dalam, suasana sendu dan syahdu serta suara rintik air yang jatuh diatas genting, seakan menjadi ritme tersendiri yang berjalan dengan teratur. Kadang terdengar lirih ketika hujan tak terlalu besar, dan terdengar dalam tempo cepat ketika hujan itu tiba...

Keheningan

Saya menyukai keheningan, karena dalam keheningan, saya bisa merenung dengan tenang. Kebisingan dari dunia luar, apalagi yang dari buatan manusia, kadang membuat kepala ini sakit, mood bisa berubah tiba-tiba dan rasa tidak nyaman. Tentu saja, kita tidak bisa menghindari kebisingan, kehidupan yang serba cepat sepertinya juga ada hubungannya dengan kebisingan itu sendiri. Bagaimana kita bisa hindari apabila suara deru knalpot dan motor lalu-lalang di hadapan kita, bagaimana pula bisa kita tenang apabila yang kita hadapi sehari-hari selalu berdekatan dengan sumber suara, ada yang berteriak, ada yang saling mengumpat atau mungkin marah-marah yang tak jelas. Kadang, kebisingan tidak hanya berbentuk suara, secara visual juga bisa. Cobalah kita pantengin sosial media kita, FB, IG, X atau apapun itu, bila kita perhatikan pikiran kita diriuhkan dengan status-status para pertemanan kita, baik yang kita kenal ataupun tidak, mereka semua mengeluhkan tentang problematika mereka masing-masing, sehin...

Minum Teh

Saya tidak tahu sejak kapan saya menyukai teh, tapi yang diingat kebiasaan itu sudah menjadi kebiasaan yang diturunkan oleh ibu saya sejak saya kecil, biasanya di rumah selalu ada dua jenis air minum, yaitu air putih dan satu lagi air teh. Saya lupa merek teh-nya apa dulu yang digunakan oleh ibu, tapi yang jelas sangat wangi tercium ketika potongan-potongan kecil teh itu berpadu dengan air panas.  Dan masih di waktu dulu juga sewaktu sekolah, ada semacam mitos yang saya yakini, bahwa bila ingin tetap bertenaga, misalnya ketika sedang pelajaran Penjas/Olahraga, maka sebelum berangkat sekolah, dipastikan saya akan mereguk dulu satu gelas teh manis, yang tentu saja di saat ini, minuman-minuman manis itu akan saya hindari. Dibanding kopi, saya lebih menyukai teh. Entah ini hanya sugesti atau bukan, wanginya teh itu bisa membuat saya tenang, selain tentunya saja ketika diminum, rasa teh itu memberi warna tersendiri di mulut, apalagi bila teh itu beraroma teh melati. Biasanya waktu yang ...

Sibuk, Fakta atau Mitos?

" Maaf, saya sibuk", "aduh, saya kayaknya gak bisa deh, hari ini saya sibuk, lain kali saja ya", kita tentu tidak asing dengan kata-kata ini. Dengan satu kata "sibuk" saja yang kita katakan pada teman, keluarga atau siapapun juga, mendeskripsikan bahwa kondisi pada waktu itu sama sekali tidak bisa diganggu. Terkadang, kata sibuk juga di era yang serba cepat dan instan ini menyiratkan makna bahwa betapa banyak beban dan tanggung jawab terutama soal pekerjaan yang kita pikul, bisa saja kita akan terlihat lebih hebat dan keren ketika kita mengatakan sibuk itu, seakan menjadi seorang aktor utama yang benar-benar terlibat dan ikut menentukan nasib lembaga atau perusahaan tempat kita bekerja. Tapi, Benarkah Kita Sibuk? Ini pertanyaan yang sulit, sesibuk itukah kita? Apakah memang satu hari penuh kita menghabiskan waktu, berkutat dengan pekerjaan sehingga melupakan komunikasi dengan seseorang misalnya, atau malas untuk  sekedar mengetik dan menginfokan keb...

Menunggu di Tengah Era Kecepatan

Pernahkah kita bergumam dalam hati, "Rasanya kok baru kemarin ya hari Jum'at itu, sekarang kok sudah Jum'at lagi"?, atau mungkin begini , "perasaan baru kemarin libur tuh, tapi kok sudah masuk lagi ya". Kata-kata tersebut, walaupun mungkin hanya terucapkan dalam hati, pastilah sering terucap dari diri kita. Kita merasa waktu cepat berlalu, padahal waktu yang kita lalui, hitungannya tetap sama, 24 jam sehari dengan 60 detik di setiap menitnya. Perasaan hari berlalu terasa cepat itu, mungkin saja karena kita hidup di jaman semuanya serba instan dan cepat. Kita hidup dimana segalanya dimudahkan. Keberadaan gawai/gadget di telapak tangan kita telah mengubah paradigma atau cara berpikir kita tentang menjalani kehidupan. Kalau dulu sebelum adanya jaringan internet dan smartphone, orang harus rela antri hanya untuk melakukan transaksi keuangan, maka kini fasilitas M-Banking telah menggantikan antrian yang mengular di bank itu, kemudian bila kita memerlukan sesu...

Keukeuba, Wadah Makanan Alternatif Pengganti Styrofoam.

  Keukeuba , Wadah Makanan Alternatif Pengganti Styrofoam. Oleh : M.Rusli Agustian, S.IP.   Isu atau bahasan tentang pelestarian lingkungan hidup, terutama tentang penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan kembali mengemuka. Kesadaran masyarakat tentang bahaya dari penggunaan bungkus makanan yang terbuat dari bahan plastik ataupun styrofoam , mulai timbul. Keinginan untuk mulai mengurangi pemakaian plastik misalnya dengan adanya larangan berupa Peraturan Daerah (Perda) 1 di masing-masing wilayah yang membatasi pusat perbelanjaan/minimarket memberikan kantung plastik sebagai alat membawa belanjaan sampai himbauan kepada para konsumen untuk membawa tas belanjaannya sendiri. Begitupun dengan styrofoam , bahan yang sering digunakan sebagai wadah atau kemasan makanan tersebut, berdasarkan penelitian, diperlukan waktu kurang lebih 500 - 1 Juta tahun sehingga sampah styrofoam itu bisa diurai oleh tanah. Tentu saja hal ini akan mengerikan, tak bisa kita bayangkan beberapa ...

Bernostalgia dengan Tabloid Bola dan GO

  Dulu , saya adalah pembaca setia tabloid BOLA, mungkin sekitar tahun 1994, tepatnya ketika Piala Dunia di Amerika Serikat, sejak saat itu saya jatuh cinta dengan tabloid ini, sesekali juga membeli tabloid GO (Gema Olahraga), walau pada akhirnya kembali lagi ke BOLA, cinta memang begitu, kadang kembali lagi ke tempat yang lama, eh.. Hanya saja, setelah tabloid itu memutuskan untuk berhenti edisi cetaknya, saya juga akhirnya harus berhenti mengikuti perkembangannya, ada memang situsnya, tapi tetap saja suara gesekan kertas dan wangi koran edisi baru tetap lebih menggoda. Hingga beberapa waktu yang lalu saya menemukan lagi sebuah situs, yaitu Superwaw.com . Situs ini isinya adalah tabloid BOLA yang diupload kembali dalam bentuk PDF. Tidak selalu lengkap memang, artinya tidak semua halaman diupload, tapi cukup untuk membawa kenangan lagi pada saat dulu setia menunggu tabloid ini hadir. Manusia memang mahluk yang senang dengan kenangan, maka untuk anda yang mungkin dulu juga suk...