Saya menyukai keheningan, karena dalam keheningan, saya bisa merenung dengan tenang. Kebisingan dari dunia luar, apalagi yang dari buatan manusia, kadang membuat kepala ini sakit, mood bisa berubah tiba-tiba dan rasa tidak nyaman.
Tentu saja, kita tidak bisa menghindari kebisingan, kehidupan yang serba cepat sepertinya juga ada hubungannya dengan kebisingan itu sendiri. Bagaimana kita bisa hindari apabila suara deru knalpot dan motor lalu-lalang di hadapan kita, bagaimana pula bisa kita tenang apabila yang kita hadapi sehari-hari selalu berdekatan dengan sumber suara, ada yang berteriak, ada yang saling mengumpat atau mungkin marah-marah yang tak jelas.
Kadang, kebisingan tidak hanya berbentuk suara, secara visual juga bisa. Cobalah kita pantengin sosial media kita, FB, IG, X atau apapun itu, bila kita perhatikan pikiran kita diriuhkan dengan status-status para pertemanan kita, baik yang kita kenal ataupun tidak, mereka semua mengeluhkan tentang problematika mereka masing-masing, sehingga secara tidak langsung kita ikut tahu dan yang tidak kalah menggelikannya adalah kita jadi ikut memikirkan pula.
Belum lagi sekarang di momen-momen pemilu presiden, pikiran kita terdistraksi dengan saling serang antar para pendukung fanatik para Capres yang saling menjagokan jagoannya masing-masing, bangun tidur kadang WA grup penuh dengan perang antar pendukung, saling sindir, saling hujat seakan menjadi santapan pembuka ketika kita baru saja membuka mata.
Oleh karena itu, kadang saya menarik diri dari semua kebisingan itu, terkadang saya tak menyentuh medsos untuk sementara waktu, pun dengan televisi, yang saya inginkan hanya keheningan sementara. Biasanya waktu malam adalah waktu yang terbaik. Keheningan membawa saya sementara kedalam alam ketenangan, membuat saya bisa merenung tentang apa yang telah saya lewatkan, atau apa yang harus saya hadapi selanjutnya.
Keheningan seakan menjelaskan bahwa saya menjadi diri saya seutuhnya, dimana saya bisa memahami saya ini siapa.
.jpeg)
Komentar
Posting Komentar