Saya menyukai hujan, jatuhnya butiran air dari langit itu selalu menjadi momen yang ditunggu. Dulu semasa masih di sekolah dasar, turunnya hujan apalagi kalau pulang sekolah adalah hal yang menggembirakan, setelah bel sekolah berbunyi, buku langsung dimasukkan kedalam tas, lalu kemudian saya berlari kecil menembus hujan itu, tidak mempedulikan baju seragam, sepatu, tas yang nantinya basah, yang penting saya bahagia walau nantinya akan kena omelan dari ibu setibanya di rumah.
Sekarang setelah dewasa, tentu tidak seperti itu lagi, rasanya agak ragu juga untuk menembus hujan itu, sekarang harus dilengkapi dengan mantel jas hujan. Tapi, kegembiraan dan keceriaannya masih tetap sama.
Saat ini hujan saya nikmati dengan perenungan lebih dalam, suasana sendu dan syahdu serta suara rintik air yang jatuh diatas genting, seakan menjadi ritme tersendiri yang berjalan dengan teratur. Kadang terdengar lirih ketika hujan tak terlalu besar, dan terdengar dalam tempo cepat ketika hujan itu tiba-tiba membesar, persis seperti kehidupan kita yang kadang ada fase melambat atau cepat.
Hujan juga kadang memberikan waktu kita untuk jeda. Hampir setiap orang yang saya temui, terutama yang menggunakan kendaraan roda dua ataupun yang beraktifitas diluar, meminggirkan kendaraan dan menghentikan dulu aktifitasnya, mereka meneduh sementara seakan menegaskan bahwa sekaranglah alam yang berkuasa dan manusia hanya mahluk lemah, seakan manusia mempersilakan alam untuk bekerja.
Suasana setelah hujan reda, itu juga saya sukai. Biasanya hawa sejuk setelah hujan, suara binatang yang bersahutan yang kadang entah dimana keberadaannya membuat alam sekitar menjadi indah. Tanah yang basah disertai genangan air yang bila kita injak mengeluarkan suara cipratan air, menjadi sebuah kenangan sendiri.
Saya selalu mensyukuri hujan, walau terkadang ada rasa takut ketika suara petir juga menggelegar.
Saya selalu menyukai hujan, karena hujan adalah doa kita yang terkabul ketika di musim kemarau kita sangat mengharapkannya.

Komentar
Posting Komentar