Sudah lama rasanya tidak melihat televisi secara intens, hanya sekilas-sekilas saja dan itupun terbatas pada acara olahraga dan berita. Kehadiran Smartphone rupanya sudah sedikit mengubah arah minat saya pada televisi.
Dulu, alat yang bentuknya kebanyakan berbentuk kotak ini pernah membius kita dengan acara-acaranya, apalagi di masa kanak-kanak. Walaupun mungkin hanya ada TVRI saja sebagai stasiun televisinya, tapi tentu kita akan banyak pengalaman berkesan yang tertanam dalam ingatan kita. Bagaimana selalu kita menunggu kehadiran Si Unyil yang membuat kita rela menunggu dan tidak beranjak kemana-mana, kemudian film-film yang menarik apalagi di hari Minggu, sampai acara Dunia Dalam Berita yang pastinya kita tongkrongin sampai malam (bagi saya, Dunia Dalam Berita itu juga sebagai alarm diri, karena selesainya acara itu di jam 21.30, menandakan itu waktunya untuk tidur karena besok paginya harus masuk sekolah).
Kita seakan ketergantungan pada televisi. Informasi, hiburan segalanya ada disana, apalagi ketika Indonesia dilanda kebebasan informasi yang memungkinkan berdirinya beberapa stasiun televisi sebagai alternatif selain TVRI. Seakan-akan hanya televisi-lah yang mampu memuaskan kebutuhan kita akan hal tersebut.
Tapi sekarang jaman berbeda. Televisi sepertinya semakin terpinggirkan, walau memang belum sepenuhnya juga. Tapi mungkin akan kita rasakan, intensitas waktu bersamanya semakin kurang. Kita butuh informasi? Kita tinggal melihat smartphone kita yang bahkan mungkin dari kecepatan penyampaiannya melebihi dari informasi yang disampaikan oleh televisi, kita butuh hiburan? Smartphone juga menjawab itu semua, bahkan mungkin sekarang kita semakin betah berlama-lama di depan layar Hp kita, dibanding di depan layar kaca televisi.
Memang kemajuan jaman sudah mengubah pola cara kita menikmati hiburan dan informasi. Tak jauh beda dengan televisi, media cetak seperti koran dan majalah pun sama, kebanyakan media cetak sudah beberapa yang mengundurkan diri dalam bentuk versi cetaknya, mereka beralih ke media internet dengan situs atau lamannya tersendiri, salah satu contohnya adalah tabloid kesayangan saya, yaitu BOLA.
Jaman pasti akan berubah, tentu dalam beberapa tahun kedepan kita akan melihat revolusi lagi khususnya dalam dunia televisi, adanya TV digital, Smart TV dan lain sebagainya menunjukkan arah menuju kesana. Tinggal kita yang pintar-pintarnya menggunakan atau menikmati revolusi dari kemajuan teknologi tersebut.
Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca. Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal. Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas. Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Ham...

Komentar
Posting Komentar