Menanggapi rencana itu, maka muncul seruan untuk melakukan gaya hidup "Frugal Living", pertanyaan kita tentu, gaya hidup apalagi nih?.
Definisi Frugal Living.
Saya pribadi sebenarnya mengenal istilah ini mungkin sekitar tahun 2018-an (kalau tidak salah ingat), karena di waktu itu, saya sedang suka-sukanya membaca buku Fumio Sasaki, seorang warga Jepang yang mencoba menerapkan gaya hidup minimalis, sebuah gaya hidup yang hanya memprioritaskan kebutuhan dibanding keinginan dengan salah satu manifestasinya dengan mengurangi jumlah atau kuantitas kepemilikan barang. Dari membaca kehidupan Fumio Sasaki, bacaan saya melebar ke gaya hidup yang lain yaitu Frugal Living, yang saat itu populer di dunia barat sebagai bentuk gaya hidup baru dan reaksi dari kejenuhan terhadap barang-barang kapitalisme yang seakan-akan modenya tidak pernah ada habisnya. Frugal Living sendiri diartikan dengan hidup sederhana, memprioritaskan kebutuhan dibanding keinginan, pencatatan dan perencanaan keuangan yang sistematis dan bersabar serta menahan keinginan yang berhubungan dengan barang-barang yang konsumtif, atau secara garis besar Frugal Living itu hidup sederhana dan hemat.
Tantangan Frugal Living.
Kalau dilihat dari definisi diatas, rasanya kok berat ya? , apalagi di jaman sekarang yang kadang eksistensi atau keberadaan manusia itu dilihat dari apa yang melekat pada dirinya. Kadang dan tak bisa dipungkiri bahwa kepemilikan barang bisa menjadi tolok ukur strata atau lapisan sosial masyarakat itu berada. Maka, orang-orang akan berupaya untuk menunjukkan "siapa akunya" dengan cara menunjukkan apa yang dia punya. Tak heran bila beberapa orang berani membayar mahal sampai milyaran rupiah hanya untuk sebuah tas, atau rela antri berjam-jam untuk sebuah HP merek ternama yang para produsennya memang sengaja merilis atau launching produk mereka di negara ini, karena sudah tahu sifat konsumtif sebagian besar masyarakat kita.
Selama masyarakat kita memandang status seseorang dengan melihat barang apa yang dia miliki, maka penerapan Frugal Living itu akan menjadi berat. Tetapi kalaupun misalnya kita tidak bisa mengubah diri orang lain, bukankah perubahan itu bisa dimulai dari diri kita sendiri?.
Frugal Living Bukan Berarti Pelit.
Ada yang salah dalam memaknai hidup minimalis dan Frugal Living, seakan-akan dengan menerapkan kedua gaya hidup tersebut, maka kita hidup pelit pada diri sendiri, padahal itu salah. Selama ini , hidup minimalis dan Frugal dengan mengencangkan ikat pinggang seketat mungkin, sehingga untuk kesenangan pribadi pun kita lupakan.
Inti dari Frugal Living adalah mengajarkan kepada kita bahwa semua yang kita beli, yang kita gunakan harus jelas tujuan dan pemanfaatannya, kalau misalnya kita memerlukan suatu barang yang memang kita perlukan untuk menunjang produktivitas serta aktivitas kita dan harga barang itu mahal, lalu kita membelinya, maka itu bukan boros, tetapi efektif dan sesuai dengan tujuan keuangan kita.
Pertanyaannya, bagaimana cara kita memulai Frugal Living, insya Allah kita bahas di tulisan kedua ya...(Bersambung)
Ditunggu part selanjutnya
BalasHapusSiap, insya allah
Hapus