Langsung ke konten utama

Fenomena Komeng di Pemilu 2024, Antara Popularitas, Elektabilitas dan Kapabilitas.




Di tengah hiruk-pikuk pemilu 2024 yang memunculkan rivalitas sengit antara calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 1, 2 dan 3, muncul sebuah fenomena mengejutkan dengan perolehan suara dari seorang komedian yang bernama Komeng yang sampai penulis menulis artikel ini, perolehan suaranya menembus hingga 1,7 juta pemilih. Disebut mengejutkan karena sebelumnya, siapa yang mengira suara Komeng atau yang bernama asli Alfiansyah itu bisa menjulang sedemikian rupa, sehingga besar kemungkinan dia akan lolos dan menjadi senator dari daerah pemilihan Jawa Barat. Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa Komeng bisa memperoleh suara sebanyak itu, saya mencoba menyimpulkan beberapa hal dari peristiwa itu.

Popularitas.

Untuk terjun kedalam dunia politik praktis, minimalnya ada beberapa syarat yang mendukung agar kita bisa menduduki jabatan-jabatan politis tertentu. Salah satunya adalah efek keterkenalan dari si calon tersebut atau dengan kata lain popularitas. Untuk faktor ini, Komeng tentunya sudah dikenal oleh masyarakat sejak lama sebagai seorang komedian, sehingga hal tersebut mempermudah dia untuk dikenal oleh calon pemilih. Dalam dunia politik, misal di luar negeri sudah banyak para artis atau atlet yang berhasil menduduki jabatan politik tertentu bermodalkan popularitas ataupun keterkenalannya, sebagai contoh misalnya mantan bintang film Ronald Reagen yang pernah menjadi Presiden Amerika Serikat, Arnold Schwarzenegger mantan bintang film aksi yang menjadi Gubernur negara bagian Arkansas, ataupun George Weah, mantan pemain sepakbola terbaik dunia yang menjadi presiden Liberia. Popularitas sebagai artis ataupun atlet menjadi sebuah promosi tersendiri bagi seseorang sehingga calon pemilih lebih mudah mengenalnya.

Elektabilitas
Menyadur makna dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, elektabilitas berarti keterpilihan. Lebih lanjut, jika dikaitkan dengan politik, elektabilitas adalah kemampuan atau kecakapan untuk dipilih menduduki suatu jabatan dalam pemerintahan.
Setelah popularitas, maka yang dibutuhkan oleh seorang yang ingin terjun ke dunia politik adalah elektabilitas. Kadang antara elektabilitas dan popularitas bisa berbanding lurus, artinya keduanya saling menunjang, atau pun misalnya saling bertolak belakang, maka tidak mengherankan apabila banyak kita temui ada aktor maupun artis yang cukup populer, tapi tingkat elektabilitasnya rendah, artinya nilai popularitasnya tersebut tidak membantu perolehan suaranya dan tidak berhasil meyakinkan publik untuk memilihnya.
Komeng diuntungkan?
Analisa saya yang terakhir, Komeng diuntungkan dengan sistem pemilihan anggota DPD yang dimana dalam kertas suara untuk anggota DPD dipajang bersama foto calon tersebut, bukan hanya tulisan nama saja seperti yang tercantum di kertas suara pemilihan anggota legislatif, sehingga masyarakat bisa mengenal calon dari fotonya, ditambah dengan foto Komeng yang unik dan nyeleneh, maka masyarakat dengan mudahnya mencoblos foto komedian ini. Saya tidak begitu yakin apabila hanya nama saja yang tertulis tanpa disertai dengan foto, mungkin kita tidak akan mengenal nama Alfiansyah sebagai nama lain dari Komeng.
Kita tunggu kiprah Komeng nanti kalau memang nantinya dia lolos ke Gedung Senayan. Diatas yang lebih penting daripada Popularitas dan Elektabilitas adalah Kapabilitas Komeng itu sendiri. Lima tahun kedepan, apakah dia akan membuktikan kemampuannya sebagai seorang senator, masyarakat sendiri yang akan menilai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Sepakbola Tidak Menarik Lagi

Piala Dunia Sepakbola tahun 1994 di Amerika Serikat adalah waktu pertama yang boleh dibilang saya mulai menyukai menonton olahraga terpopuler sejagat ini, saya terkagum-kagum dengan penampilan timnas Belanda yang berkaos warna oranye kebanggaannya, dari ajang inilah juga saya mulai berlangganan tabloid Bola yang terbit setiap hari Jum'at, waktu itu harganya Rp 750, perlu sedikit perjuangan untuk menghemat uang saku yang tidak seberapa itu disisihkan, hanya untuk membeli tabloid ini. Kesukaan pada sepakbola ini telah mengantarkan saya pada sebuah dunia yang baru dan mengasyikkan. Dari tabloid Bola pula saya sampai hafal nama-nama pesepakbola top dari berbagai liga dunia, begitupun juga nama-nama klub, baik tingkat lokal maupun internasional. Dekade pertengahan 90-an mungkin menjadi masa yang penuh keseruan, terutama untuk penggemar Serie A Italia. Persaingan ketat 7 klub top Italia yang lebih dikenal dengan Magnificent Seven, telah membius perhatian, sehingga kabar tentang klub-kl...

Honor dari Tulisan

Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca. Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal. Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas. Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Ham...

Catatan Sepakbola (Bagian 1) Melawan Jepang, Kita Realistis Saja.

Tulisan ini dibuat beberapa hari setelah pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang dalam rangka kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Seperti yang kita ketahui, hasilnya adalah kita kalah dengan telak 4-0, menyesakkan memang, apalagi kita kalah di kandang sendiri yang dianggap "sakral" oleh pecinta sepak bola tanah air, yaitu Gelora Bung Karno. Kecewa? Pasti, itu adalah hasil yang negatif, tapi rasanya kekecewaan itu juga bisa berubah menjadi kebanggaan, yaitu masihlah mending kita kalah 4-0, lihatlah Timnas China, mereka malah lebih parah dipermak dengan skor 7-0, kalau begitu masih untunglah kita ya?... Timnas Jepang Unggul Segalanya Soal Timnas Jepang, tak usahlah lagi kita ragukan lagi kualitasnya, level mereka jauh diatas kita, mau dilihat dari apapun, rangking FIFA? mereka jauh diatas kita, Trofi Piala Asia? mereka langganan juara, atau mau kita banding-bandingan pengalaman di Piala Dunia? Mereka sejak 1998 rutin bermain di even 4 tahunan itu,bagaiman...