Langsung ke konten utama

Tradisi Samen, dari Manakah Asal Mula Kata Samen?

Bulan Juni dalam kalender pendidikan di Indonesia adalah bulan dimana sebuah lembaga pendidikan menyelesaikan sebuah proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) nya selama satu tahun pelajaran yang dimulai dari bulan Juli tahun sebelumnya. Di Indonesia sendiri proses pendidikan berlangsung dari Juli - Juni.

Untuk merayakan berakhirnya masa belajar tersebut, umumnya masyarakat Indonesia menyambut dengan mengadakan acara kenaikan kelas dan secara khusus, di wilayah Jawa Barat, acara tersebut dinamakan "Samen".

Saya sebagai orang Sunda tertarik meneliti, darimana asal kata Samen tersebut, dan saya mencari di kamus Bahasa Sunda versi PDF yang saya miliki.
Ternyata kata "Samen" tidak ada, dalam kamus bahasa Sunda meskipun dicari dalam susunan menurut abjad dari huruf S.

Tapi saya tidak putus asa, mencoba mencari dari kata serapan bahasa asing, khususnya Belanda, dikarenakan pengaruh penjajahan yang begitu kuat, pasti mempengaruhi perbendaharaan kata dan bahasa kita.

Dan akhirnya saya menemukannya, ketika diketik "Samen dalam bahasa Belanda" di Google, muncullah ini :
Dan bila pembaca mengklik gambar Mic dalam google tersebut, pengucapan lafal Samen juga sama dengan yang biasa orang Sunda ucapkan . 

Dari hal tersebut diatas, kita bisa ambil kesimpulan sementara, bahwa "Samen" adalah berasal dari Bahasa Belanda yang artinya Bersama. 

Hal ini bisa dimaklumi, setelah membaca literatur lainnya dalam budaya Sunda yang menyatakan bahwa ada satu kebiasaan masyarakat Sunda setelah melakukan sesuatu biasanya ada budaya makan bersama yang biasa disebut "botram", tapi khusus di acara berakhirnya pendidikan, momen selain makan, juga berkumpul dan berkegiatan sertaa  menyelenggarakan acara secara bersama-sama itulah dinamakan acara "Samen".

Di acara Samen ini juga semua proses, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya dilakukan secara bersama-sama, baik orangtua murid, guru dan para siswa, sehingga mungkin saja inilah makna kata "Bersama " dalam Samen tersebut. 

Ah, akhirnya rasa penasaran saya tentang semaraknya tradisi "Samen" bisa terpecahkan




M.Rusli Agustian.

Komentar

  1. Menarik pa...coba bahas yang lain lagi, seperti budaya wisuda di tingkat paud... Dulu jaman saya SD wisuda emg tidak ada..adanya samenan yang diselanggarakan disekolah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin itu perluasan atau penyempitan makna ya? Biasanya dulu kata wisuda hanya untuk lulusan perguruan tinggi, tapi sekarang meluas ya, untuk SD bahkan PAUD pun sudah mulai menggunakan kata Wisuda

      Hapus
  2. Masyaallah... Pa mau belajar nulis dong hehe... Rekomendasi bukunya apa yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mangga, silakan..kalau untuk belajar menulis, kita biasakan saja untuk menulis hal-hal yang ringan dulu. Saya pun masih dalam tahap dan terus belajar menulis

      Hapus
  3. Ternyata itulah arti dari kata samenan yg ada di Jawa Barat, terkhusus nya LG di kota Sukabumi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini baru hipotesa sementara saja ya, tapi bisa juga memang betul pengaruh atau serapan dari bahasa Belanda

      Hapus
  4. Jangan lupa pak sekalian meneliti kira kira berapa biaya yg di keluarkan untuk acara tersebut, seperti nya cukup besar,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya ini harus koordinasi dengan panitia..hehe...terima kasih sudah memberikan komentar di Blog saya

      Hapus
  5. Jujur, saya kira dari bahasa sunda, tau nya dari bahasa belanda. Memang dalam acara tersebut kebersamaan adalah kunci dari lancar tidaknya acara tersebut, terimakasih untuk penulis atas impormasinya, semoga anda selalu diberikan kesehatan dan kebarokahan ilmu. Salam saya dari Belanda.
    #Ryan Van Hooijdonk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga komennya, #Rusli Van Der Sar..hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Sepakbola Tidak Menarik Lagi

Piala Dunia Sepakbola tahun 1994 di Amerika Serikat adalah waktu pertama yang boleh dibilang saya mulai menyukai menonton olahraga terpopuler sejagat ini, saya terkagum-kagum dengan penampilan timnas Belanda yang berkaos warna oranye kebanggaannya, dari ajang inilah juga saya mulai berlangganan tabloid Bola yang terbit setiap hari Jum'at, waktu itu harganya Rp 750, perlu sedikit perjuangan untuk menghemat uang saku yang tidak seberapa itu disisihkan, hanya untuk membeli tabloid ini. Kesukaan pada sepakbola ini telah mengantarkan saya pada sebuah dunia yang baru dan mengasyikkan. Dari tabloid Bola pula saya sampai hafal nama-nama pesepakbola top dari berbagai liga dunia, begitupun juga nama-nama klub, baik tingkat lokal maupun internasional. Dekade pertengahan 90-an mungkin menjadi masa yang penuh keseruan, terutama untuk penggemar Serie A Italia. Persaingan ketat 7 klub top Italia yang lebih dikenal dengan Magnificent Seven, telah membius perhatian, sehingga kabar tentang klub-kl...

Honor dari Tulisan

Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca. Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal. Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas. Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Ham...

Catatan Sepakbola (Bagian 1) Melawan Jepang, Kita Realistis Saja.

Tulisan ini dibuat beberapa hari setelah pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang dalam rangka kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Seperti yang kita ketahui, hasilnya adalah kita kalah dengan telak 4-0, menyesakkan memang, apalagi kita kalah di kandang sendiri yang dianggap "sakral" oleh pecinta sepak bola tanah air, yaitu Gelora Bung Karno. Kecewa? Pasti, itu adalah hasil yang negatif, tapi rasanya kekecewaan itu juga bisa berubah menjadi kebanggaan, yaitu masihlah mending kita kalah 4-0, lihatlah Timnas China, mereka malah lebih parah dipermak dengan skor 7-0, kalau begitu masih untunglah kita ya?... Timnas Jepang Unggul Segalanya Soal Timnas Jepang, tak usahlah lagi kita ragukan lagi kualitasnya, level mereka jauh diatas kita, mau dilihat dari apapun, rangking FIFA? mereka jauh diatas kita, Trofi Piala Asia? mereka langganan juara, atau mau kita banding-bandingan pengalaman di Piala Dunia? Mereka sejak 1998 rutin bermain di even 4 tahunan itu,bagaiman...