Beberapa waktu yang lalu, saya membeli mug ini. Sebuah benda yang mungkin bagi sebagian besar orang bersifat biasa-biasa saja, hanya benda yang digunakan saat kita minum.
Tapi bagi saya pribadi, ini bukanlah benda biasa, banyak kenangan dengan mug corak lurik ini, terutama dengan masa lalu, kemudian juga nostalgia dengan sosok kedua orang tua saya dahulu yang kini sudah tiada.
Jadi dulu, mug model ini digunakan oleh bapak saya dan hanya ada satu-satunya di rumah, ukurannya besar dan terbuat dari enamel. Mug ini menjadi barang pribadi dan hanya boleh digunakan oleh bapak saja, sehingga saya dan kakak-kakak yang lain menjadi "terlarang" untuk menggunakannya.
Demikian pula dengan ibu, beliau selalu mewanti-wanti, bahwa mug ini adalah khusus untuk tempat minum bapak, sehingga semakin "keramat" lah posisi benda ini. Kami anak-anaknya hanya boleh menggunakan gelas yang lain dan tentu saja ukurannya lebih kecil dan beda coraknya.
Sekarang, setelah sekian lama direnungi, larangan dan wanti-wanti dari ibu itu baru bisa saya pahami sebagai sebuah didikan bagi kami khususnya saya pribadi bahwa ada barang-barang tertentu yang memang tidak boleh kita gunakan secara sembarangan, ada sebuah "privasi" walaupun itu dengan orangtua kita sendiri dan semuanya bermuara pada adab, etika dan akhlak pada orangtua. Tidak berarti barang milik orangtua otomatis kita bisa gunakan, apalagi bila barang itu milik orang lain.
Kini, mug corak lurik itu bisa saya beli, harganya pun tidak begitu mahal, cuma belasan ribu, tapi ternyata walaupun bisa saya miliki kembali bentuk fisiknya, kenangan dan nilai kehidupan yang saya dapat dari mug itu, tidak pernah terbeli dan kembali lagi
Komentar
Posting Komentar