Langsung ke konten utama

Grup WA IKN

Kita semua pasti punya grup Whatsapp (WA) di smartphonenya masing-masing, biasanya grup tersebut dikelompokkan berdasarkan komunitas tempat beraktifitas ataupun lingkaran pertemanan yang kita jalani.

Dari semua grup yang ada di HP, ada 1 (satu) grup yang tidak pernah "mati" alias ada saja bahan pembicaraan yang sebetulnya tidak begitu penting tapi penting juga (bingung kan?)

Nama grupnya IKN, isinya teman-teman seperjuangan dulu di sekolah yang lama tempat saya bekerja, grup ini adalah grup yang "teu puguh" kalau orang sunda bilang, nama grupnya bisa berganti-ganti sesuka kita, bebas saja mengalir, bila ada momen-momen tertentu, maka nama grup pun bisa berubah, sebagai contoh bila kita sedang membicarakan apa yang terjadi pada salah satu anggotanya, maka nama grup pun berubah, sekaligus profilnya pun ikut berganti. 

Grup ini rupanya sudah berumur 4 tahun, dari 2017, sudah banyak cerita yang tersaji, tapi intinya adalah kegembiraan dan rasa persahabatan, tak jarang ledek-ledekkan, kadang menjadi tempat bernostalgia ketika tiba-tiba rasa kangen muncul, maka bertebaranlah foto-foto jaman dulu masih bersama, kemudian bila muncul ide-ide bisnis maka saling bersahutanlah kita saling mengomentari, walau kebanyakan hanya teori-teori saja.

Seperti hari ini, ketika salah satu teman mengabarkan bahwa dia menderita gejala-gejala kena virus corona, maka semua anggota sibuk memberikan tips-tips yang "nyeleneh" bahkan tak masuk akal, seperti minum saja kayu putih, berjemur sambil memakai kaca hitam di depan rumah sampai harus mengkonsumsi kue semprong, yang tentu saja ini tidak akan disarankan oleh dokter profesional dan tidak ada dalam literasi kedokteran.

Begitulah, ikatan yang didasari persahabatan rupanya sudah menghapus sekat-sekat jarak yang dialami oleh seluruh anggotanya. Grup ini menjadi "jembatan" penghubung dari rasa-rasa humor kita yang pernah sempat terjalin.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Sepakbola Tidak Menarik Lagi

Piala Dunia Sepakbola tahun 1994 di Amerika Serikat adalah waktu pertama yang boleh dibilang saya mulai menyukai menonton olahraga terpopuler sejagat ini, saya terkagum-kagum dengan penampilan timnas Belanda yang berkaos warna oranye kebanggaannya, dari ajang inilah juga saya mulai berlangganan tabloid Bola yang terbit setiap hari Jum'at, waktu itu harganya Rp 750, perlu sedikit perjuangan untuk menghemat uang saku yang tidak seberapa itu disisihkan, hanya untuk membeli tabloid ini. Kesukaan pada sepakbola ini telah mengantarkan saya pada sebuah dunia yang baru dan mengasyikkan. Dari tabloid Bola pula saya sampai hafal nama-nama pesepakbola top dari berbagai liga dunia, begitupun juga nama-nama klub, baik tingkat lokal maupun internasional. Dekade pertengahan 90-an mungkin menjadi masa yang penuh keseruan, terutama untuk penggemar Serie A Italia. Persaingan ketat 7 klub top Italia yang lebih dikenal dengan Magnificent Seven, telah membius perhatian, sehingga kabar tentang klub-kl...

Honor dari Tulisan

Bila ditanya apa kepuasan dari menulis?, bagi saya adalah ketika tulisan kita dibaca oleh orang lain dan bisa memberikan sebuah konstruksi atau perubahan yang positif bagi yang membaca. Adapun soal honor, mungkin hanyalah bonus. Ya, menulis untuk sebuah kolom dalam surat kabar atau penerbitan memang memberikan hasil yang lumayan, walau mungkin juga tidak terlalu besar dalam hitungan nominal. Banyak para pendahulu bangsa kita dulu memiliki kemampuan yang baik dalam menulis, mereka menumpahkan pemikiran-pemikirannya dalam bentuk tulisan, tak sedikit kadang terjadi "perang" opini dalam surat kabar, sebuah hal yang menguntungkan sebenarnya bagi pembacanya, karena akhirnya secara tidak langsung dicerdaskan melalui tulisan-tulisan tersebut. Pembaca bisa menyelami pemikiran tokoh-tokoh bangsa secara "genuine", dan tentu saja intelektualitas mereka bisa dinilai secara langsung oleh khalayak luas. Banyak kisah yang menyebutkan, seperti Sukarno, Hatta, Agus Salim dan Buya Ham...

Catatan Sepakbola (Bagian 1) Melawan Jepang, Kita Realistis Saja.

Tulisan ini dibuat beberapa hari setelah pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang dalam rangka kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Seperti yang kita ketahui, hasilnya adalah kita kalah dengan telak 4-0, menyesakkan memang, apalagi kita kalah di kandang sendiri yang dianggap "sakral" oleh pecinta sepak bola tanah air, yaitu Gelora Bung Karno. Kecewa? Pasti, itu adalah hasil yang negatif, tapi rasanya kekecewaan itu juga bisa berubah menjadi kebanggaan, yaitu masihlah mending kita kalah 4-0, lihatlah Timnas China, mereka malah lebih parah dipermak dengan skor 7-0, kalau begitu masih untunglah kita ya?... Timnas Jepang Unggul Segalanya Soal Timnas Jepang, tak usahlah lagi kita ragukan lagi kualitasnya, level mereka jauh diatas kita, mau dilihat dari apapun, rangking FIFA? mereka jauh diatas kita, Trofi Piala Asia? mereka langganan juara, atau mau kita banding-bandingan pengalaman di Piala Dunia? Mereka sejak 1998 rutin bermain di even 4 tahunan itu,bagaiman...